Senin, 08 Maret 2010

BAB III KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN

BAB III
KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN


1. Hakikat masalah

Masalah itu ada kalau ada kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya (what should be) dengan apa yang ada dalam kenyataan (what is), kesenjangan antara harapan dan kenyataan, kesenjangan antara cita-cita dan apa yang berjalan. Mendefenisikan permasalahan berarti mendefenisikan keadaan yang masih dianggap kurang baik (Sutrisno Hadi, 1991).

Contoh masalah :
Kekurangan air di daerah kaki gunung Gamalama
Amir (7 Tahun) sudah 3 hari rewel terus tidak jelas penyebabnya, ibunya sampai bingung. Mengapa ya ?
Apakah pria lebih berpendidikan dibandingkan dengan wanita ?

LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah-istilah Latar belakang masalah = latar belakang = background = alasan penting pemilihan judul/masalah penelitian.
Isi Latar belakang :
– mengemukakan masalah-masalah/gejala-gejala masalah y berkaitan dengan variabel di dalam judul, yang diawali den masalah-masalah variabel terikat (dependen/Y) lalu di masalah-masalah variabel bebas (independen/X).
– Masalah-masalah yang dikemukakan boleh didukung o dokumen perusahaan, dokumen media massa, h pengamatan, dan sangat baik jika didukung oleh refere referensi dari buku, jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi.

Langkah-langkah menyusun latar belakang masalah:

1. Kemukakan arti penting / peranan penting / manfaat dari variabel terikat, baik bagi organisasi maupun bagi karyawan, atau pihak lain. Dukung dengan referensi dari buku atau jurnal
2. Kemukakan gejala-gejala masalah yang berkaitan dengan variabel terikat tersebut, dukung dengan dokumen, hasil pengamatan, wawancara, atau angket, yang telah diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan (prariset)
3. Kemukakan faktor-faktor apa saja yang bias mempengaruhi variabel terikat tersebut. Dukung dengan referensi dari buku teks atau jurnal
4. Pilih satu atau beberapa faktor tersebut yang dianggap paling penting untuk dijadikan variable terikat dalam penelitian kita.
5. Kemukakan gejala-gejala masalah dari setiap factor yang sudah dipilih tersebut, dukung dengan dokumen, hasil pengamatan, wawancara, atau angket, yang telah diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan (prariset)

Menemukan masalah
1. Tentukan satu topik
2. Uraikan topik tersebut ke dalam bentuk pertanyaan
3. Pilih salah satu dari daftar tersebut
4. Evaluasi : Menarik, bermanfaat, hal yang baru, dapat dilaksanakan (kemampuan peneliti, ketersediaan data, dana, waktu), tidak melanggar etika (informed consent, invation of privacy, convidentialy, deception)

IDENTIFIKASI MASALAH

Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.




RUMUSAN MASALAH
Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan juga dinyatakkan oleh ungkapan: “Berhasilnya perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”. Penemuan permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang ilmu; seperti diungkapkan oleh Mario Bunge (dalam : Buckley dkk., 1976, 14) dengan pernyataan: “Kriteria terbaik untuk menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu menghasilkan permasalahan . . . . Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu yang sudah mati”. Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu dirumuskan ke dalam suatu pernyataan (problem statement). Dengan demikian, pembahasan isi bab ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan permasalahan, dan (2) perumusan permasalahan.
Penemuan Permasalahan
Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang terbaru karena penerbitan buku merupakan proses yang memakan waktu cukup lama, sehingga buku yang terbit—misalnya hari ini—ditulis sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya dipublikasikan sebagai artikel dalam majalah ilmiah; sehingga suatu (usulan) penelitian sebaiknya banyak mengandung bahasan tentang artikel-artikel (terbaru) dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah bidang yang diteliti. Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Sutrisno Hadi (1986, 3) mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan semacamnya”. Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan permasalahan secara “naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana cara menemukannya. Cara-cara menemukan permasalahan ini, telah diamati oleh Buckley dkk. (1976) yang menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara formal melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”. Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding cara informal. Rincia n cara-cara yang diusulkan Buckley dkk. dalam kelompol formal dan informal terlihat pada gambar di bawah ini.
Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara-cara penemuan permasalahan—baik formal maupun informal—sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut— sebelum dilakukan perumusan permasalahan.
Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan
Cara-cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1) Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
2) Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat pembuatan keputusannya yang Judgmental).
3) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasiyang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda.
4) Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.
5) Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.
6) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.
7) Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam komponen-komponennya.
8) Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.
Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan
Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1) Konjektur (naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2) Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.
3) Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal ini merupakan konsensus nasional).
4) Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.
Keterkaitan antara Rumusan Permasalahan dengan Hipotesis dan Temuan Penelitian
Bila penelitian telah selesai dilakukan, maka dalam laporan penelitian perlu ditunjukkan “benang merah” (keterkaitan yang jelas) antara rumusan permasalahan dengan hipotesis (sebagai “jawaban” sementara terhadap permasalahan penelitian). Rincian dalam permasalahan perlu berkaitan lengasung dengan rincian dalam hipotesis, dalam arti, suatu rincian dalam hipotesis menjawab suatu rincian dalam permasalahan. Demikian pula, perlu diperlihatkan keterkaitan tiap rincian dalam temuan (sebagai jawaban nyata terhadap permasalahan) dengan tiap rincian dalam rumusan permasalahan.
Baik permasalahan, hipotesis dan temuan—sebagai upaya pengembangan atau pengujian teori—berkaitan secara substantif dengan tinjauan pustaka (sebagai kajian terhadap isi khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian). Kaitan substantif diartikan sebagai hubungan “isi”, tidak perlu dalam bentuk keterkaitan antar rincian.
1. Isi rumusan masalah untuk penelitian asosiatif:
Contoh Judul: Hubungan motivasi kerja dan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT. X Sukabumi.
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang variabel bebasnya/x (jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka pertanyaan juga harus lebih dari satu)
Contoh:
Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan PT.X Sukabumi?
Bagaimana tingkat kemampuan kerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan variabel terikatnya/y (jika variabel terikatnya lebih dari satu, maka pertanyaan juga harus lebih dari satu)
Contoh: Bagaimana tingkat kinerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan hubungan variabel bebas dengan variabel terikatnya (jika variabel bebas lebih dari satu, maka susun kalimat yang mempertanyakan hubungan variabel bebas pertama (x1) dengan variabel terikat (y), dan susun pula kalimat yang mempertanyakan hubungan variabel bebas kedua (x2) dengan variable terikat (y), begitu seterusnya)
Contoh:
– Bagaimana hubungan motivasi kerja dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Bagaimana hubungan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Bagaimana hubungan motivasi kerja dan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi?

2. Isi rumusan masalah untuk penelitian komparatif:
Contoh Judul: Perbedaan motivasi kerja Karyawan Bagian Umum dan Bagian Personalia di PT. X Sukabumi.
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang objek pertama Contoh:
Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan Bagian Umum di PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang objek kedua Contoh:
Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan Bagian Personalia di PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang perbedaan objek
Contoh:
Apakah ada perbedaan tingkat motivasi kerja karyawan Bagian Umum dan Bagian Personalia di PT.X Sukabumi?

3. Isi rumusan masalah untuk penelitian deskriptif:
Contoh Judul: Analisis motivasi kerja, kemampuan kerja, dan kinerja karyawan di PT. X Sukabumi.
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang variabel pertama
Contoh:
Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang variabel kedua
Contoh:
Bagaimana tingkat kemampuan kerja karyawan PT.X Sukabumi?
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan tentang variabel ketiga
Contoh:
Bagaimana tingkat kinerja karyawan PT.X Sukabumi?

TUJUAN PENELITIAN
– Tujuan penelitian= research goal=hal-hal yang diharapkan akan tercapai dari penelitian yang dilakukan, sesuai dengan apa yang dipertanyakan pada rumusan masalah. Dengan demikian apa yang dipertanyakan pada rumusan masalah, hal itu juga yang menjadi tujuan penelitian
– Sumber relevan: rumusan masalah

Isi tujuan penelitian untuk penelitian asosiatif:
Contoh Judul: Hubungan motivasi kerja dan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT. X Sukabumi.
– Kemukakan tujuan yang diharapkan tentang variabel bebasnya/x (jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka pertanyaan juga harus lebih dari satu)
Contoh:
 Mengkaji tingkat motivasi kerja karyawan PT.X Sukabumi
 Mengkaji tingkat kemampuan kerja karyawan PT.X Sukabumi
– Kemukakan kalimat yang mempertanyakan variabel terikatnya/y (jika variable terikatnya lebih dari satu, maka pertanyaan juga harus lebih dari satu)
Contoh:
 Mengkaji tingkat kinerja karyawan PT.X Sukabumi
– Kemukakan tujuan tentang hubungan variabel bebas dengan variable terikatnya (jika variabel bebas lebih dari satu, maka susun kalimat yang mengemukakan tujuan tentang hubungan variabel bebas pertama (x1) dengan variabel terikat (y), dan tujuan tentang hubungan variabel bebas kedua (x2) dengan variabel terikat (y), begitu seterusnya)
Contoh:
 Mengkaji hubungan motivasi kerja dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi
 Mengkaji hubungan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi
 Mengkaji hubungan motivasi kerja dan kemampuan karyawan dengan kinerja karyawan PT.X Sukabumi

Catatan: untuk penelitian komparatif dan deskriptif, dapat disesuaikan dengan rumusan masalahnya.

MANFAAT PENELITIAN
 Manfaat Penelitian= hal-hal yang kemungkinan bias berguna setelah penelitian selesai dilaksanakan.
 Isi manfaat penelitian bisa berupa:
– Manfaat teoritis (keilmuan)
Contoh:
 Memperluas pengetahuan penulis dalam masalah manajemen sumber daya manusia, khususnya tentang kinerja, motivasi, dan kemampuan karyawan.
 Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.
– Manfaat praktis (pemecahan masalah)
Contoh:
 Memberikan referensi bagi perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia yang efektif.




KESIMPULAN

Judul
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian








Daftar Pustaka :

http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/14/perumusan-permasalahan-2/

http://peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/10795/Pendefinisian+&+Perumusan+Masalah.pdf

1 komentar:

  1. Harrah's New Orleans Casino & Hotel - Mapyro
    Find your 삼척 출장안마 way around the casino, 사천 출장안마 find where everything is located, see activity, and learn more about Harrah's New Orleans 충청북도 출장안마 Casino 해외야구 & 여수 출장안마 Hotel.

    BalasHapus